Menimbang Keuntungan dan Kerugian Pariwisata: Mesin Ekonomi atau Pedang Bermata Dua?
Oleh : Vinery Amelia
( Anggota Departemen Penelitian Dan Kajian Strategis PPIM 23/24 )
Oktober 2024
Berdasarkan penelitian dari Badan Pencatatan Statistik Indonesia (2024), perkembangan pariwisata di Indonesia sendiri telah mencapai 1,07 juta pada April 2024 oleh wisata mancanegara yang didominasi oleh warga negara Malaysia, Australia dan Tiongkok. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara pada empat bulan pertama tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 24,85 persen. Kenaikan yang signifikan tercatat di Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali dan Soekarno-Hatta Banten, masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 28,92 persen dan 38,31 persen.
Pariwisata telah lama menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Kegiatan-kegiatan di sektor pariwisata berperan serta dalam tiga tujuan utama negara berkembang pada umumnya, yaitu: keamanan dan pertumbuhan negara, pendapatan devisa negara, dan kesejahteraan rakyat melalui penciptaan lapangan kerja (Rasool et al., 2021). Tidak hanya dalam segi ekonomi, pariwisata juga berkontribusi dalam sosial dan budaya suatu negara. Akan tetapi, seperti peribahasa ‘Tak Ada Padi yang Bernas Setangkai’, tidak ada satu pun yang sempurna di dunia ini. Kendati demikian, beberapa kerugian juga dapat disebabkan oleh sektor ini. Oleh karena itu, keuntungan dan kerugian dari sektor pariwisata sering menjadi topik yang diperdebatkan dan sering kali memecah belah pendapat.
Dampak Positif Pariwisata
Di Indonesia sendiri, letak geografisnya yang strategis tepat di garis khatulistiwa memberikan anugerah tersendiri berupa iklim tropis yang hanya memiliki dua musim utama, yakni musim hujan dan panas. Kondisi iklim ini menjadikan Indonesia sebagai surga bagi flora dan fauna, serta memberikan kenyamanan bagi penduduknya. Tidak heran, Indonesia telah menjadi pusat perdagangan dan jalur lalu lintas penting di masa lalu. Menurut penelitian oleh Nizar (2011), dampak positif pariwisata dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Dari sisi ekonomi, dampak langsung pariwisata dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan negara melalui devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dampak tidak langsungnya adalah pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (Nizar, 2011). Apa sajakah dampak yang dimaksud tersebut? simaklah poin-poin berikut!
1. Cadangan Devisa Negara
Hasil analisis menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kontribusi sektor pariwisata di Indonesia antara tahun 2016 hingga 2019. Berdasarkan nilai produk domestik bruto langsung dari pariwisata (TDGDP), sektor ini menyumbang sekitar 4,6 hingga 4,9 persen terhadap PDB Indonesia (Rifan & Fikriya, 2021). Fokus pariwisata dari sudut pandang ekonomi adalah pada hal-hal seperti jumlah permintaan dan penawaran, pendapatan negara dari devisa, serta persoalan tenaga kerja dan upah. Peningkatan Pendapatan Daerah dari kunjungan wisatawan menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, dan kesejahteraan masyarakat. Namun, jika kita melihatnya dari sisi sosial, yang menjadi perhatian utama adalah hubungan antara wisatawan dan masyarakat setempat. Sedangkan dari sudut pandang produk dan jasa, perhatiannya tertuju pada proses pembuatan, penyediaan, dan pendistribusian produk wisata.
2. Penciptaan Lapangan Kerja
Sektor pariwisata telah memberikan dampak ganda terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena industri pariwisata biasanya fokus pada penyediaan layanan/ jasa (Sukmana, 2018). Lebih spesifiknya, berdasarkan hasil penelitian Wardiyanta (2006), beliau menemukan bahwa pariwisata dapat memicu berbagai aktivitas ekonomi, antara lain: Pertama, usaha di bidang jasa pariwisata yang berkaitan dengan pengelolaan objek dan daya tarik wisata; dan Kedua, usaha yang menyediakan sarana pariwisata, seperti restoran, akomodasi, biro perjalanan wisata, dan lain-lain.
3. Skala Ekonomi di Perusahaan Nasional
Dengan meningkatnya jumlah turis, negara yang dikunjungi akan mengalami lonjakan permintaan barang dan jasa. Hal ini membuka peluang bagi keuntungan ekonomi baik dari segi ruang lingkup maupun skala. Misalnya, jika permintaan di sektor hotel dan restoran meningkat, industri-industri tersebut akan berkembang untuk memenuhi kebutuhan tambahan tersebut. Peningkatan skala dan diversifikasi usaha akan memungkinkan mereka menurunkan biaya total rata-rata, sehingga meningkatkan efisiensi dan profitabilitas (Weng & Wang, 2004).
Dampak Negatif Pariwisata
Sering dikatakan bahwa sektor pada industri pariwisata dapat menguntungkan suatu negara yang dikunjungi wisatawan dalam segi ekonomi. Telah banyak diakui juga bahwa pariwisata menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, mendiversifikasi struktur ekonomi suatu daerah atau negara, mendorong kewirausahaan, serta melestarikan warisan alam dan budaya. Akan tetapi, pengembangan pariwisata di suatu daerah/negara juga dapat meninggalkan aspek negatif yang tidak dapat diabaikan.
1. Leakages/ Kebocoran
Leakages atau diartikan sebagai “kebocoran” adalah sebuah istilah yang menggambarkan sejumlah uang yang keluar dari ekonomi lokal suatu daerah, tepatnya yang menjadi contoh dari studi kasus ini, Indonesia. Kejadian ini terjadi sebagai hasil dari pelanggan lokal (keluarga, perusahaan, atau lembaga pemerintah) yang memperoleh barang atau jasa dari sumber eksternal. Ada 2 jenis Leakage, yaitu Leakage impor dan Leakage ekspor. Leakage impor mencakup pengeluaran untuk barang-barang seperti peralatan, makanan dan minuman, serta produk lain yang tidak dapat disediakan oleh negara tuan rumah, sesuai dengan standar pariwisata global. Sementara itu, leakage ekspor merujuk pada aliran keluar keuntungan yang diperoleh oleh investor asing yang mendanai resort dan hotel. Para investor ini mengalirkan pendapatan atau laba dari sektor pariwisata keluar dari negara tuan rumah (Nizar, 2011).
2. Enclavisation/ Enklavisasi
Enklavisme terjadi ketika suatu destinasi wisata atau manfaat yang dihasilkan dari pariwisata terbatas dan hanya dapat diakses oleh turis. Fenomena ini sering terlihat di kapal pesiar dan hotel resor. Akibatnya, masyarakat lokal mendapatkan manfaat yang jauh lebih sedikit dari industri pariwisata, yang mengakibatkan ketimpangan dalam distribusi keuntungan (Frent, 2016).
3. Seasonality/ Musiman
Pariwisata memiliki dasar karakteristik yang musiman, yang berarti masyarakat akan memperhitungkan beberapa faktor sebelum memutuskan untuk berlibur. Faktor-faktor yang menjadikan pariwisata adalah sebuah fenomena yang musiman dan akan menyebabkan kesulitan dari sudut pandang ekonomi adalah; iklim dan cuaca, liburan sekolah, event dan festival, harga dan promosi, dan faktor eksternal lainnya. Menurut kajian Frent (2016), Beberapa kesulitan sosial (seperti pengangguran) dapat timbul karena tidak digunakannya tenaga kerja selama off season/ musim sepi. Selain itu, terdapat distribusi pendapatan yang tidak merata sepanjang tahun (misalnya dalam kasus resor ski yang mengalami pendapatan sangat rendah atau tidak ada sama sekali selama off-season).
Kesimpulan
Selain manfaat pariwisata yang sering dikenal, penting untuk memperhatikan kekurangan yang ada. Dengan kesadaran ini, masyarakat dan pemerintah dapat lebih proaktif dalam mengurangi atau mengantisipasi kerugian yang mungkin terjadi, seperti kemacetan lalu lintas, polusi, dan peningkatan kepadatan penduduk. Dampak negatif pariwisata dapat mempengaruhi negara dalam aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi. Semua pihak yang terlibat dalam sektor pariwisata perlu menyadari potensi tantangan yang muncul saat merencanakan dan mengembangkan investasi di bidang ini. Oleh karena itu, penting untuk meminimalkan dampak negatif sambil memaksimalkan manfaat positif, sehingga pariwisata dapat menjadi alat yang efektif dan berkelanjutan untuk pembangunan ekonomi lokal, regional, dan nasional.
Sumber
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2024, June 3). Perkembangan pariwisata April 2024. Badan Pusat Statistik Indonesia. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2024/06/03/2351/perkembangan-pariwisata-april-2024.html
Frent, C. (2016). An overview on the negative impacts of tourism. Revista de turism-studii si cercetari in turism, (22).
Nizar, M. A. (2011). Pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia [Tourism Effect on Economic Growth in Indonesia]. MPRA Paper. https://ideas.repec.org/p/pra/mprapa/65628.html
Rasool, H., Maqbool, S., & Tarique. (2021). The relationship between tourism and economic growth among BRICS countries: a panel cointegration analysis. Future Business Journal, 7(1). https://doi.org/10.1186/s43093-020-00048-3
Rifan, M., & Fikriya, H. I. (2021). Disharmonisasi Periode Pemberlakuan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah di Indonesia (Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan). Jurnal Kepariwisataan Indonesia Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kepariwisataan Indonesia, 14(2), 141–158. https://doi.org/10.47608/jki.v14i22020.141-158
Sukmana, O. (2018). STRATEGI PERCEPATAN PERTUMBUHAN LAPANGAN KERJA DAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA. Sosio Informa, 4(3). https://doi.org/10.33007/inf.v4i3.1570
Wardiyanta. (2006). Metode penelitian pariwisata / Wardiyanta ; Editor: Dhewiberta Hardjono. Metode Penelitian Pariwisata, 2006(2006), 1–99. http://library.um.ac.id/free-contents/downloadpdf.php/buku/metode-penelitian-pariwisata-wardiyanta-editor-dhewiberta-hardjono-33403.pdf
Weng, C., & Wang, K. (2004). Scale and scope economies of international tourist hotels in Taiwan. Tourism Management, 25(6), 761–769. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2004.06.005