“Di Balik Piring MBG: Siapa yang Kenyang, Siapa yang Tekor?”

Setelah dilantik dan disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo-Gibran segera mengambil langkah untuk merealisasikan program strategisnya, Makan Bergizi Gratis. Tepat pada 6 Januari 2025, Program Makan Bergizi Gratis mulai beroperasi di 190 titik yang tersebar di 26 provinsi di seluruh Indonesia dan akan dilakukan secara bertahap. Program unggulan ini diprediksi dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 0,82 juta pekerja. Harapan lain pada MBG juga ikut tumbuh dalam sektor ekonomi yang diperkirakan akan menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 0,10 persen pada 2025. Program ini merupakan salah satu langkah strategis untuk mencapai harapan besar bangsa, Indonesia Emas 2045.

Sudah 4 bulan berjalan, program ini menuai banyak pro-kontra baik di kalangan masyarakat maupun ahli. Sederet isu tentang berjalannya program strategis ini kian memanas dari waktu ke waktu. Lantas, apakah Program Makan Bergizi Gratis merupakan langkah yang besar atau janji yang hambar?

Di tengah keadaan ekonomi negara yang sedang terguncang oleh banyak faktor, MBG justru menelan anggaran dalam jumlah yang fantastis. Pemerintah di bawah komando Presiden Prabowo menggelontorkan dana sebesar Rp 72 triliun dalam APBN 2025 yang diprediksi hanya akan mencukupi kebutuhan MBG sampai dengan pertengahan 2025. Sehingga, pemerintah berencana untuk menambah anggaran sebesar Rp 100 triliun dengan total Rp 171 triliun untuk kebutuhan MBG tahun 2025.

Kebutuhan tambahan anggaran ini tentu mengancam kestabilan keuangan negara dan memunculkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap defisit anggaran. Pembengkakan anggaran ini bukan tanpa alasan. Di tahap perencanaan, program ini dinilai prematur karena minimnya koordinasi dengan para pelaku serta konsultasi dengan para ahli. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran terhadap praktik korupsi yang semakin marak mengingat bahwa banyak celah yang dapat dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk memperkaya diri sendiri dalam eksekusi proyek akbar ini.

Dugaan korupsi juga telah disoroti oleh KPK, terkait penyusutan anggaran dari Rp 10 ribu per porsi menjadi Rp 8 ribu. Meski masih dalam tahap penyelidikan, dugaan ini tentu mengundang banyak pertanyaan tentang bagaimana transparansi program ini dan upaya pencegahan praktik korupsi.

Dalam tahap implementasinya, terdapat sejumlah mitra MBG yang menyerahkan tender kepada vendor lain dan isu tentang pembayaran mitra MBG yang mandek. Ira Mesra, mitra dapur MBG Kalibata didampingi oleh kuasa hukumnya, Danny Harla Putra mengungkapkan telah mengalami kerugian sebesar Rp 973.375.000. Penyebabnya berasal dari Yayasan MBN yang ditunjuk pemerintah untuk mengurus MBG, namun belum melakukan pembayaran kepada kliennya sejak Februari 2025.

Selain dugaan korupsi, praktik kolusi juga menjadi sorotan publik dalam pengadaan program ambisius ini. Beberapa yayasan yang mengelola dapur MBG diketahui memiliki keterkaitan dengan tokoh-tokoh yang berada di lingkaran kekuasaan. Di antaranya, terdapat yayasan yang dikelola oleh individu yang memiliki hubungan keluarga dekat dengan pimpinan tertinggi negara saat ini, serta sejumlah pihak yang sebelumnya terlibat dalam tim kampanye nasional. Keterlibatan mereka menimbulkan pertanyaan publik terkait potensi konflik kepentingan serta pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan program sebesar ini.

Barusan adalah sedikit dari banyak kendala yang terjadi dalam pengadaan program strategis Makan Bergizi Gratis oleh Prabowo. Belum berjalan setengah tahun, nampaknya program ini perlu banyak evaluasi dari segala aspek agar tidak merugikan negara dan tetap mencapai tujuannya yaitu Indonesia Emas 2045.

Sebagai mahasiswa dan masyarakat, sudah seharusnya bagi kita untuk mengawasi berjalannya program ini demi kepentingan bangsa dan Indonesia yang lebih cerah.


Sumber:

Similar Posts