Istilah ‘Negeri Wakanda’ dan ‘Warga +62’ sebagai Olokan yang ternormalisasi menjadi Latar Belakang Merosotnya Jiwa Patriotik dikalangan Generasi Muda Indonesia

by Julica Syalsabila Rozakh

Istilah ‘Negeri Wakanda’ dan ‘Warga +62’ pasti sudah tak asing lagi bagi para pengguna media sosial di Indonesia. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan oleh netizen Indonesia ketika berkomentar pada suatu unggahan atau menanggapi komentar lain netizen di berbagai media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube dan lain-lain. Namun, istilah “negeri wakanda” dan “warga +62” ini biasanya ditujukan untuk menyindir atau memperolok keadaan Indonesia yang dinilai memiliki banyak problematika di berbagai segmen. Hal ini biasanya terjadi disebabkan oleh rasa ketidakpuasan warga atau netizen Indonesia terhadap negaranya sendiri. Sebagai bentuk pengekspresian dari ketidakpuasan tersebut, para warga Indonesia pengguna media sosial menyampaikan sikap kritisnya dengan mengolok-olok negeri sendiri yang tanpa disadari, tindakan yang ternormalisasi tersebut  dapat menyebabkan mengikisnya rasa cinta tanah air dan jiwa patriotik pada masyarakat  Indonesia khususnya di kalangan generasi muda.

Mengapa generasi muda yang dikhawatirkan lebih berpotensi terdampak menjadi kurang berjiwa patriotik? Hal ini dikarenakan pada dasarnya generasi muda cenderung mengikuti hal-hal yang menjadi trend sehingga mereka beranggapan bahwa selama itu trend dan dilakukan oleh banyak orang maka hal tersebut dianggap normal atau wajar. Namun biasanya, para generasi muda hanya semata-mata mengikuti trend mengolok-olok negeri sendiri tanpa berinisiatif untuk mencari tahu latar belakang munculnya istilah olokan tersebut. Kurangnya kesadaran untuk mengedukasi diri sendiri ini pun semakin memperparah situasi kemerosotan patriotisme di kalangan generasi muda Indonesia.

Sikap kurang berjiwa patriotik sebenarnya lumayan mudah teridentifikasi di kalangan generasi muda, contohnya saat ini “Korean Wave” menjadi topik yang sangat trendi di kalangan generasi muda Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Ketika masyarakat muda mendapati keunggulan yang dimiliki oleh negeri ginseng tersebut, tak jarang bahkan sering kali kemudian mereka membanding-bandingkan dengan Indonesia yang tentu negeri sendiri mendapat nilai perbandingan yang cenderung berisi negatifnya. Lalu pengguna media sosial lain menanggapi dengan komentar “namanya juga negeri wakanda” yang mana komentar tersebut seakan-akan memvalidasikan keadaan buruk Indonesia tersebut. Hal lain serupa terus terjadi yang menimbulkan normalisasi dalam mengolok-olok negeri Indonesia.

Similar Posts