Ancaman Resesi Global di Tahun 2023: Kendala dan Upaya Indonesia
Alya Altassia Pakpahan — 06 May 2023 | MYT 5.00 PM
Ancaman resesi global pada tahun 2023 tampaknya semakin dekat, dan berbagai faktor risiko yang telah muncul membuat dunia harus bersiap menghadapinya. Dalam konteks ini, Presiden Joko Widodo dan banyak pemangku kepentingan global lainnya telah memperingatkan akan dampak yang mungkin terjadi. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan telah memproyeksikan bahwa ekonomi hingga 60 negara berpotensi mengalami resesi global. Namun, sebelum kita menjelajahi lebih jauh, mari kita lihat faktor-faktor yang mendukung pandangan ini.
1. Inflasi yang Tinggi dan Nilai Dolar yang Meningkat
Salah satu sinyal awal resesi global adalah tingkat inflasi yang melonjak. Inflasi yang tinggi membuat daya beli masyarakat menurun dan mengganggu stabilitas ekonomi. Selain itu, terjadi kenaikan nilai dolar, yang dapat merusak perdagangan internasional dan mengganggu stabilitas mata uang global.
2. Krisis Pangan dan Perang di Berbagai Belahan Dunia
Krisis pangan adalah masalah serius yang telah mengancam stabilitas ekonomi dan sosial di berbagai negara. Di sisi lain, perang yang terus berlanjut di beberapa wilayah dunia, seperti konflik antara Rusia dan Ukraina, berdampak pada rantai pasokan global dan meningkatkan inflasi energi dan pangan.
3. Perang Mata Uang dan Ketegangan Geopolitik
Perang mata uang dan ketegangan geopolitik, khususnya antara Amerika Serikat dan China, merupakan faktor risiko lainnya. Forum seperti pertemuan G20 diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan untuk meredakan ketegangan ini, tetapi jika tidak berhasil, dunia dapat menghadapi era proteksionisme yang berpotensi memicu konflik besar.
Meskipun ada ancaman resesi global yang mencemaskan, Indonesia mengalami pemulihan yang stabil di hampir semua sektor ekonomi. Kementerian Keuangan Indonesia mencatat pemulihan yang berkelanjutan, yang mendukung keyakinan bahwa negara ini mampu menghadapi tantangan global ini.
Proyeksi Resesi Global 2023
Menurut kepala sektor ekonomi di IMF, Pierre Olivier Gourinchas, produk domestik bruto global (PDB) diprediksi akan turun 0,2 hingga 2,7 persen pada tahun 2023. IMF bahkan memperingatkan bahwa “gelombang terburuk belum datang,” dengan sekitar sepertiga ekonomi dunia diperkirakan akan menyusut tahun depan.
Dampak Resesi Global Terhadap Indonesia
Meskipun Indonesia memiliki probabilitas resesi yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, dampak resesi global dapat dirasakan di beberapa sektor kunci:
1. Bagi Pemerintah
Pendapatan negara dari pajak dan sumber pendapatan non-pajak akan menurun, karena penurunan pendapatan masyarakat dan harga properti. Hal ini dapat mengakibatkan defisit anggaran yang lebih tinggi dan meningkatnya utang pemerintah.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan akan menghadapi penurunan daya beli masyarakat, yang dapat menyebabkan pendapatan menurun dan bahkan kerugian. Ini bisa mengakibatkan pemutusan hubungan kerja dan pemotongan upah.
3. Bagi Pekerja
Pekerja juga akan terpengaruh, dengan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan upah. Tingkat pengangguran dapat meningkat.
Upaya Pencegahan yang Dilakukan Indonesia
Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk menghadapi ancaman resesi global:
- Reformasi Subsidi BBM: Pemerintah telah melakukan reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi defisit anggaran.
- Fokus pada Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur: Tahun depan, pemerintah akan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, infrastruktur kesehatan dan digital, dan revitalisasi industri. Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
- Paket Stimulus: Pemerintah telah menyebarkan paket stimulus untuk membantu masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Dapat kita simpulkan bahwa ancaman resesi global pada tahun 2023 adalah masalah serius yang harus dihadapi oleh seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki probabilitas resesi yang lebih rendah daripada beberapa negara lain, negara ini tidak sepenuhnya terhindar dari dampaknya. Oleh karena itu, tindakan pencegahan dan kebijakan ekonomi yang bijaksana sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menghadapi masa depan yang tidak pasti ini.