Ancaman Meningkat: Mengevaluasi Dampak Lonjakan Kasus Demam Berdarah di Indonesia dan Malaysia terhadap Kesehatan Masyarakat

Pada musim hujan yang memuncak di bulan Januari dan Februari 2024 dan masih berlangsung hingga saat ini, ditemukan lonjakan kasus demam berdarah yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Selasa (2/4), kenaikan kasus yang dramatis ini masih belum mencapai titik maksimal dan akan terus meningkat hingga musim pancaroba. 

Apa itu Dengue Fever?

Demam berdarah, juga dikenal sebagai demam berdarah dengue (DBD), menjadi salah satu penyakit menular yang berkembang dengan paling luas dan cepat secara global. Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes (Ae. aegypti atao Ae. albopictus) betina yang terinfeksi oleh virus dengue. Spesies nyamuk ini cenderung berhabitat di dalam rumah dan aktif selama siang hari. Selain gigitan nyamuk secara langsung, penularan melalui perinatal, transfusi darah, ASI dan transplantasi organ juga dilaporkan. 

Manifestasi klinis penyakit demam berdarah bervariasi mulai dari demam ringan hingga kondisi yang parah seperti dengue hemorrhagic fever dan shock syndrome. Demam berdarah (Dengue fever/DF) adalah penyakit infeksi akut dengan gejala seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, dan ruam. Sedangkan, bentuk yang lebih parah, dengue hemorrhagic fever atau DHF ditandai dengan gangguan hemostasis dan peningkatan permeabilitas vaskular yang bisa berkembang menjadi sindrom syok dengue (dengue shock syndrome/DSS). Kriteria diagnosis DHF meliputi demam akut selama 2-7 hari, pendarahan dengan trombositopenia, dan hemokonsentrasi yang tinggi. Jika tidak ditangani, DHF dapat menyebabkan fatalitas, khususnya di kalangan anak-anak.

Demam berdarah dengue dapat dideteksi melalui dua cara: 1) diagnosis laboratorium dari kultur atau darah atau 2) deteksi antibodi anti-dengue dalam serum/plasma. Walaupun tidak ada pengobatan untuk infeksi dengue, gejala-gejala yang dialami oleh pasien dapat dikelola.

Epidemiologi 

Secara global, lebih dari 100 juta manusia mengidap demam berdarah setiap tahunnya. Di dalam angka tersebut, penyakit ini menyebabkan 20 hingga 25.000 kematian. Virus dengue ditemukan di lebih dari 100 negara dan secara umum, anak-anak lebih terpengaruh daripada orang dewasa. Walaupun epidemi terjadi setiap tahun di Amerika, Asia, Afrika, dan Australia, penyakit DBD memiliki prevalensi tinggi di banyak negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia dan Malaysia. Dari 3.5 miliar orang di seluruh dunia yang berisiko terkena demam berdarah, 1,3 miliar tinggal di Kawasan Asia Tenggara. Situasi saat ini yang ditandai dengan beban kasus demam berdarah yang tinggi di kawasan Asia Tenggara disebabkan oleh peningkatan adaptasi Ae. aegypti di lingkungan perkotaan di daerah-daerah padat penduduk disertakan hujan ekstra dengan suhu yang secara keseluruhan lebih hangat. 

Dampak Kasus DBD: Studi Kasus Indonesia dan Malaysia

Di Indonesia, kasus demam berdarah terus mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan secara nasional yang dilakukan WHO per tanggal 8 April 2024, Indonesia mengalami lonjakan kasus demam berdarah dengan total 60.296 kasus yang meliputi 455 kematian. Angka kematian tersebut, meskipun relatif rendah dalam angka persentase (tingkat kematian kasus (CFR) sebesar 0,75%), tetap mengindikasikan dampak serius dari penyakit demam berdarah terhadap kesehatan masyarakat. Lima daerah perkotaan dengan jumlah kasus demam berdarah terbesar di 2024 meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Lebak, dan Kota Depok.

Selain itu, situasi yang serupa juga terlihat di negara tetangga, Malaysia, di mana kasus demam berdarah terus meningkat sejak awal tahun baru. Menurut proyeksi Kementerian Kesehatan Malaysia, pada minggu kedua tahun 2024, tercatat 3.525 kasus, dengan kasus harian yang jauh melampaui 500 kasus, dan 2 kematian yang dilaporkan. Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia mengeluarkan pernyataan pada bulan Januari 2024 untuk memperingati akan peningkatan resiko penyebaran demam berdarah seiring berlanjutnya musim hujan. Selain itu, penyebaran penyakit DBD juga bertambah luas di berbagai area dalam negeri, terutama daerah-daerah seperti Selangor, Kuala Lumpur, dan Putrajaya yang padat penduduk.

Data menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia mengalami peningkatan kasus yang signifikan dalam demam berdarah, menekankan perlunya tindakan pencegahan dan pengendalian yang efektif. Meskipun terdapat perbedaan dalam jumlah kasus serta pelaporan dan penanganan kasus, keduanya menghadapi dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Lonjakan tersebut kemungkinan oleh faktor-faktor seperti globalisasi, urbanisasi, perubahan iklim, dan cuaca yang tidak stabil, yang mendukung reproduksi dan mobilitas nyamuk Aedes. Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah yang komprehensif dan terkoordinasi untuk mengatasi tantangan ini secara efektif.

Strategi Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Epidemi Demam Berdarah

Sebagai penyakit yang tersebar luas dan memiliki tingkat infeksi yang tinggi, kenaikan kasus demam berdarah memiliki dampak signifikan pada kesehatan masyarakat global. Meskipun sebagian besar kasus tidak menimbulkan gejala (asimptomatik), demam berdarah membawa beban berat pada sistem kesehatan. 

Langkah-langkah pengendalian vektor dan pengembangan vaksin merupakan strategi pencegahan utama dalam mengatasi penyebaran DBD, mengingat belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkannya. Pengembangan vaksin demam berdarah merupakan sebuah tantangan karena adanya empat serotipe virus demam berdarah yang berbeda secara antigenik, masing-masing mampu memicu respons antibodi silang. Saat ini, ada dua vaksin yang sudah ditemukan untuk demam berdarah. Namun, salah satunya memerlukan rejimen dua suntikan yang mahal, sementara vaksin kedua hanya dapat diberikan kepada orang yang sudah pernah mengalami infeksi demam berdarah. Dorongan untuk vaksin demam berdarah yang efektif, terjangkau, dan mudah diakses pun semakin mendesak, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia dan Malaysia.

Menurut Kepala Bidang PAE Indonesia Masdalina Pane, upaya mitigasi perlu dilaksanakan agar kasus tidak bertambah dan tidak meluas. Walaupun pemerintah Indonesia masih terlibat dalam kesibukan Pilkada 2023, fokus dalam deteksi dini dan respons terhadap DBD sangatlah penting. Saat ini, Menteri Kesehatan telah memfasilitasi kebutuhan penanggulangan dengue dengan menyediakan larvasida dan insektisida, serta mengingatkan masyarakat untuk melengkapi penanganan Dengue dengan pemberantasan sarang nyamuk dan segera melakukan rapid test atau perawatan medis jika ada yang bergejala. 

DPAM, sebuah aliansi organisasi medis dan masyarakat di Malaysia, berencana untuk melatih profesional kesehatan di seluruh Malaysia dalam rangka mengurangi kematian akibat demam berdarah. Hal ini diselenggarakan melalui “Masterclass” untuk melatih para ahli kesehatan dalam pemantauan dan manajemen yang tepat terhadap demam berdarah. DPAM juga akan mengadakan pendidikan masyarakat tentang gejala demam berdarah, upaya pencegahan, serta pengendalian nyamuk. Lebih dari itu, DPAM juga membahas soal pengenalan vaksin dengue baru, Qdenga, dengan pemerintah di daerah Selangor, yang merupakan salah satu titik panas demam berdarah di Malaysia saat ini. Pemerintah menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam penanganan epidemi ini, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum.

Dalam mengatasi tantangan demam berdarah, Indonesia dan Malaysia perlu meningkatkan upaya pencegahan, deteksi dini, dan penanganan kasus. Pelatihan tenaga kesehatan, pendidikan masyarakat, dan kerjasama lintas sektor menjadi kunci untuk memitigasi dampak DBD. Pengembangan vaksin yang efektif, terjangkau, dan mudah diakses juga penting dalam mengendalikan penyebaran demam berdarah di tahun-tahun ke depan. Dengan upaya-upaya tersebut, kedua negara dapat meningkatkan pertahanan mereka terhadap penyakit demam berdarah dan memperbaiki kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh : Rachel Tattianna 
(Anggota Departemen Penelitian Dan Kajian Strategis PPIM 23/24)
April 2024

Sumber:

  • Durgahyeni, M. (2024). DPAM Plans Masterclass For Health Professionals To Reduce Dengue Deaths. CodeBlue. https://codeblue.galencentre.org/2024/04/19/dpam-plans-masterclass-for-health-professionals-to-reduce-dengue-deaths/#:~:text=According%20to%20the%20Ministry%20of,the%20same%20period%20last%20year
  • Khetarpal, N., & Khanna, I. (2016). Dengue Fever: Causes, Complications, and Vaccine Strategies. Journal of Immunology Research, 2016, 1–14. https://doi.org/10.1155/2016/6803098
  • Media, K. C. (2024, April 1). Januari-Maret 2024, Kasus DBD Naik hingga Tiga Kali Lipat. KOMPAS.com. https://lestari.kompas.com/read/2024/04/02/060000486/januari-maret-2024-kasus-dbd-naik-hingga-tiga-kali-lipat-
  • Rokom. (2024, April 2). Waspada, Kenaikan Kasus DBD Belum Mencapai Puncak. Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240402/0045224/waspada-kenaikan-kasus-dbd-belum-mencapai-puncak/
  • Roy, S. K., & Bhattacharjee, S. (2021). Dengue virus: epidemiology, biology, and disease aetiology. Canadian Journal of Microbiology, 67(10), 687–702. https://doi.org/10.1139/cjm-2020-0572
  • Schaefer, T. J., & Wolford, R. W. (2019). Dengue Fever. Nih.gov; StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/
  • United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA). (2024a, February 15). Malaysia: Dengue prevention and control – DREF Operational Update (MDRMY010) – Malaysia | ReliefWeb. Reliefweb.int. https://reliefweb.int/report/malaysia/malaysia-dengue-prevention-and-control-dref-operational-update-mdrmy010
  • United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA). (2024b, February 15). Malaysia: Dengue prevention and control – DREF Operational Update (MDRMY010) – Malaysia | ReliefWeb. Reliefweb.int. https://reliefweb.int/report/malaysia/malaysia-dengue-prevention-and-control-dref-operational-update-mdrmy010
  • World Health Organization. (2019, October 24). Dengue and severe dengue. Who.int; World Health Organization: WHO. https://www.who.int/health-topics/dengue-and-severe-dengue#tab=tab_1

Similar Posts